• SMA Negeri 1 Kramat

  • Menuju Sekolah Adi Wiyata
  • Jl. Garuda No. 1a Bongkok

Menjadi Pelajar di Era Milenial dengan Nalar Literat dan Moderat Untuk Indonesia Kuat

Pelajar merupakan pewaris peradaban, apalagi di era milenial harus terus mengambil peran di garda depan untuk selalu produktif dan ikut serta dalam memecahkan problem kebangsaan yang kian hari semakin menantang. Problem bangsa kita yang sangat kentara adalah rendahnya tingkat literasi dan memudarnya semangat moderasi saat ini. Sebagaimana kita pahami bersama, literasi merupakan ketrampilan membaca, menulis, dan mengembangkan diri yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari hari. Literasi di Indonesia terbilang cukup memperihatinkan. Berdasarkan survei yang dilakukan program for International student assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. “Tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu berada di nomor 62,”.

Melihat problem di atas, tentu menjadi keprihatinan semua pihak atas rendahnya tingkat literasi bangsa ini. Bangsa ini harus segera dengan massif menggalakkan program literasi di semua sisi tanpa terkecuali. Jika kita cermati, berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini memiliki efek domino yang berdampak langsung pada kehidupan pelajar di era milenial. Fenomena munculnya kasus pelanggaran Undang-Undang ITE dan pencemaran nama baik di media sosial menjadi bukti nyata betapa kita harus berhati-hati dalam setiap ucap dan laku kehidupan terutama yang terakses ke media soaial. Dulu kita masih ingat peribahasa yang mengatakan “mulutmu, harimaumu”. Saat ini peribahasa itu terdisrupsi  menjadi “jarimu, harimaumu”. Peribahasa ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita agar bajik dan bijak dalam menggunakan kanal media sosial.

Beredarnya berita hoax dan kasus “bullying” yang mewarnai dunia media sosial saat ini juga banyak yang menimpa kalangan pelajar milenial. Berita hoax dan “bullying” yang berujung pada pencemaran nama baik seseorang ini harus ditangani secara massif dan serius. Masih hangat ditelinga kita misalnya tentang berita hoax efek samping kematian bagi seseorang setelah disuntik vaksin covid-19. Pemberitaan seperti itu jelas sangat meresahkan masyarakat dan tak tentu tanpa dasar ilmiah yang kuat. Imbas dari pemberitaan tersebut menimpa kalangan milenial yang kemudian menjadi takut untuk divaksin covid-19. Selain hoax tersebut, fenomena yang marak terjadi juga kasus “bullying” di kalangan pelajar. Banyak pihak terutama pelajar yang tidak paham definisi “bullying” yang menghiasi kanal media sosial baik di Fb, Twiter, Ig, maupun WA. Jika hal ini tidak ditangani secara serius, maka bangsa ini akan kehilangan karakter sejatinya yang ramah, santun, dan selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap laku kehidupan.

            Di negeri ini, kalangan milenial menempati posisi tertinggi sebagai pengguna media sosial. Tingginya pengguna media sosial di kalangan milenial menjadi boomerang tersendiri bagi bangsa ini. Massifnya kasus ujaran kebencian, berita hoax, dan pembulian yang menghiasi halaman beranda media sosial menjadi realitas sosial yang tak terhindarkan. Penulis melihat, hal ini terjadi karena tingkat literasi seorang atau dalam posisi ini pelajar milenial tergolong rendah. Mereka hanya bisa “share” tanpa melakukan proses “sharing”. Banyak diantara kita yang tanpa sadar dan tanpa sengaja ikut larut menikmati, menulis ulang dan menyebarkan lagi berita yang belum diketahui kebenarannya.

Pentingnya edukasi dalam literasi digital menjadi penting bagi kalangan milenial. Sehingga bisa untuk meminimalisir penyalahgunaan dalam setiap konten-konten di kanal media sosial yang diaksesnya. Kalangan milenial seharusnya tidak hanya mementingkan rating, like dan subscribe pada setiap kontennya. Akan tetapi nilai edukasi, nilai inspirasi dan nilai substansi yang menjadi prioritas utama. Viral dengan menjunjung tinggi nilai moral merupakan prinsip yang harus dikedepankan. Nilai inilah yang nanti akan memberikan kesadaran dan edukasi bagi kalangan milenial agar jangan hanya merasa puas dengan banyaknya viewers, like, comment dan follower. 

            Sangat disayangkan, jika saat ini kalangan milenial meraibkan kewarasan dirinya dengan membuat konten yang tidak layak bahkan cenderung memalukan dan senonoh sebagai generasi muda. Konten-konten yang merusak dan menurunkan nilai moral dan menjadi viral di media sosial kini semakin hari kian meningkat seakan tak terbendung jumlahnya. Uplod foto dan video yang tak pantas ditonton seakan sudah menjadi trend dan kebanggaan sendiri di kalangan milenial. Perubahan gaya hidup di kalangan milenial yang hedonis dan serba instan juga memperparah kondisi yang ada. Mereka beranggapan menjadi viral merupakan jalan instan yang sangat mudah untuk mendulang pundi-pundi materi tanpa harus banting tulang dan memeras keringat. Mereka tak paham dan tak sadar sebenarnya dirinya merupakan kalangan yang sangat rawan kejahatan cyber. Kejahatan cyber dengan segala modusnya banyak yang menyasar usia muda terutama kalangan milenial. Para pelaku kejahatan cyber sangat paham kalangan milenial yang menjadi incaran dikarenakan memang mereka sedang masa puber. Oleh karenanya, meningkatkan kualitas literasi yang tinggi disertai benteng moral bagi kalangan milenial merupakan sebuah keniscayaan.

Disinilah kemudian, pentingnya membekali dan mengedukasi menjadi pelajar milenial agar memiliki nalar literat yang kuat. Pelajar yang memiliki nalar literat yang kuat dalam pengertian penulis adalah pelajar yang memiliki kemampuan literasi tingkat tinggi untuk mampu menyaring informasi yang diterima secara bajik, bijak dan akurat. Pelajar literat merupakan prasyarat bagi tumbuhkembangnya bangsa ini untuk kuat. Bangsa ini harus kuat jiwa dan raganya. Jiwanya kuat karena memiliki karakter literat yang mampu “mengcounter” sumber atau berita “hoax” yang diterimanya. Karekter seperti inilah yang seharusnya menjadi kultur berfikir dan bersikap para pelajar. Pelajar literat harus mampu mengkostruk dirinya dengan moralitas dan intelektualitasnya yang luhur dalam menghadapi semua berita dan pemberitaan pada kanal media sosial. Dirinya juga harus mampu menjadi generasi yang menyemai pikiran dan pemikiran yang mencerahkan dalam menggunakan media sosial.

Selain problem di atas, saat ini juga merebaknya akun-akun yang menebar konten radikal di kanal media sosial. Konten-konten radikal tersebut sangat membahayakan jika terus bertebaran yang dapat mengakibatkan kalangan milenial terpapar ideology radikal. Kita tidak ingin mengulang kejadian bom bunuh diri di Surabaya terjadi lagi. Bagaimana tidak, salah satu pelaku merupakan berstatus pelajar sekolah menengah atas. Sangat ironis, pelajar yang seharusnya menjadi kekuatan untuk memajukan bangsa dan negara menjadi generasi yang radikalis serta destruktif. Dalam konteks inilah, pelajar milenial harus mampu membendung atau “mengcounter” akun-akun radikal melalui pemahaman moderat yang membawa rahmat bagi sesama. Dalam konteks pelajar misalnya, sikap moderasi dapat teraktualisasi dalam bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap pelajar lain yang berbeda agama, suku, ras, etnis, budaya, pandangan, ide, dan gagasan. Selain itu, pelajar yang memiliki nalar literat dan moderat juga memiliki kepekaan terhadap informasi yang diterimanya secara cerdas.  Tidak mudah percaya atau selalu skeptis terhadap semua berita atau informasi yang diterimanya dengan jalan mencari sumber kebenaran berita tersebut dan mencari pembanding berita yang ada.

                Dalam konteks pengarusutamaan nalar literasi dan moderasi bagi pelajar milenial inilah, tulisan ini hadir sebagai salah satu alternatif solusi dalam memecahkan problem kebangsaan di bidang literasi dan moderasi. Semoga melalui implementasi literasi dan moderasi ini, pelajar Indonesia mampu menjadi generasi yang mampu membawa peningkatan dan kemajuan disegala bidang kehidupan dan peradaban agar bangsa kita menjadi bangsa yang literat, moderat dan kuat.

Oleh : Dyah Winarti (Siswa SMA N 1 Kramat)

Anggota Gelitsa (Geliat Literasi SMAN Sakra)

Komentar

Mntappp kerennnn sip

Wah keren

Luar biasa ! Lanjutkan agar terus bersahut-sahutan ide para pemikir muda yang berjiwa ke-Indonesiaan Salam lestari Salam literasi

Keren

Sangat Menginspirasi, semangat dan terus berkarya , salam literasi

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Best Practice dengan Metode STAR : Peningkatan Pembelajaran Analisis Geguritan dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Kelas XI Mipa 4 SMA N 1 Kramat Tahun Pelajaran 2022/2023

Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi dan Refleksi hasil dampak Tujuan yang ingin dicapai : Mengidentifikasi unsur pembangun geguritan dengan tepat Menemukan isi dan pitutur luhur

10/12/2022 22:03 - Oleh Tim Redaksi
BUDAYAWAN TEGAL SEPANJANG MASA: ATMO TAN SIDIK

     Terletak di wilayah pantai Utara Jawa (Pantura), membuat Tegal dijuluki sebagai Kota Bahari. Sebagai kota yang berdekatan dengan laut, mayoritas penduduknya ber

20/08/2021 12:54 - Oleh Tim Redaksi
Patri Panci, Mengetok dengan Hati, karena Empati

“Hasil tidak akan mengkhianati usaha” tentunya tidak asing lagi ditelinga kita. Yang mana quote tersebut sering digunakan sebagai kalimat motivasi yang bisa menjadi pecut un

19/08/2021 14:47 - Oleh Tim Redaksi